Monday 23 September 2013

Gajah



Gajah Sumatra (Elephas Maximus Sumatrensis) adalah salah satu dari sub spesies gajah Asia yang memiliki habitat di Pulau Sumatera serta menjadi mamalia terbesar di Indonesia. Seluruh sub spesies gajah Asia merupakan Satwa Terancam Punah (Critically Endangered) sejak tahun 1986 yang tercatat dalam daftar merah Lembaga Konservasi Dunia (IUCN-RedList). Gajah Sumatera menghadapi ancaman serius berpa kegiatan deforestasi hutan, pembalakan liar, penyusutan dan fragmentasi habitat, perburuan gading gajah, maupun pembunuhan akibat konflik gajah-manusia. Percepatan konversi hutan menjadi perkebunan dan tanaman komersial mengancam kelangsungan hidup populasi gajah sumatra dalam jangka panjang. Saat ini populasi gajah sumatera berkisar antara 2.400 - 2.800 ekor yang tersebar di beberapa kantong populasi. Sama sepertiHarimau Sumatra (Panthera tigris sumatrae) yang juga terancam punah, kedua sedang diupayakan konserasi alam habitat dan kelangsungan hidupnya di Taman Nasional Tesso Nilo Riau (TNTN-Riau).

Hewan yang berjenis jantan dapat mencapai tinggi 1,7-2,6 meter dengan berat 4-6 ton serta memiliki gading gajah sumatra jantan yang lebih pendek dari spesies gajah Asia lainnya terutama Gajah India yang memiliki postur tubuh yang besar. Sedangkan gajah Sumatra betina memiliki gading yang sangat pendek dan tersembungi di balik bibir atasnya. Gajah Sumatra (Elephas Maximus Sumatrenus) biasa berjalan menjelajah sejauh 20 km per hari untuk mencari makan berupa daun-daun. Dalam sehari gajah butuh 150kg daun-daunan dan 180 liter air minum. Herbivora raksasa ini dapat berumur sampai 70 tahun di alam liar dan sangat cerdas karena memiliki otak yang lebih besar dibandingkan dengan mamalia darat lain. Telinga yang cukup besar membantu gajah mendengar dengan baik dan membantu mengurangi panas tubuh seperti darah panas dingin ketika mengalir di bawah permukaan telinga. Belalainya digunakan untuk mendapatkan makanan dan air, dan memiliki tambahan dapat memegang (menggenggam) di ujungnya yang digunakan seperti jari untuk meraup.


Mengenal Gajah Sumatera (Elephas Maximus Sumatrenus)


Klasifikasi ilmiah

Kerajaan : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Mammalia

Ordo : Proboscidea

Famili : Elephantidae

Genus : Elephas

Spesies : E. maximus

Upaspesies : E. m. sumatranus

Nama trinomial : Elephas maximus sumatranus (Temminck, 1847)



I. Habitat Gajah Gajah Sumatera

Gajah banyak melakukan pergerakan dalam wilayah jelajah yang luas sehingga menggunakan lebih dari satu tipe habitat hutan.

a. Hutan rawa

Tipe hutan ini dapat berupa rawa padang rumput, hutan rawa primer, atau hutan rawa sekunder yang didominasi oleh Gluta renghas, Campenosperma auriculata, C. Macrophylla, Alstonia spp, dan Eugenia spp.(photo hutan rawa)

b. Hutan rawa gambut

Jenis-jenis vegetasi pada tipe hutan ini antara lain: Gonystilus bancanus, Dyera costulata, Licuala spinosa, Shorea spp., Alstonia spp., dan Eugenia spp.

c. Hutan dataran rendah

Yaitu tipe hutan yang berada pada ketinggian 0-750 m di atas permukaan air laut. Jenis-jenis vegetasi yang dominan adalah jenis-jenis dari famili Dipterocarpaceae. (photo hutan dataran rendah)

d. Hutan hujan pegunungan rendah

Yaitu tipe hutan yang berada pada ketinggian 750-1.500 m di atas permukaan air laut. Jenis-jenis vegetasi yang dominan adalah Altingia excelsa, Dipterocarpus spp., Shorea spp., Quercus spp., dan Castanopsis spp.


II. Persyaratan Hidup di Alam

a. Naungan

Gajah Sumatera termasuk binatang berdarah panas sehingga jika kondisi cuaca panas mereka akan bergerak mencari naungan (thermal cover) untuk menstabilkan suhu tubuhnya agar sesuai dengan lingkungannya. Tempat yang sering dipakai sebagai naungan dan istirahat pada siang hari adalah vegetasi hutan yang lebat . photo: gajah bernaung

b. Makanan

Gajah Sumatera termasuk satwa herbivora sehingga membutuhkan ketersediaan makanan hijauan yang cukup di habitatnya. Gajah juga membutuhkan habitat yang bervegetasi pohon untuk makanan pelengkap dalam memenuhi kebutuhan mineral kalsium guna memperkuat tulang, gigi, dan gading. Karena pencernaannya yang kurang sempurna, ia membutuhkan makanan yang sangat banyak, yaitu 200-300 kg biomassa per hari untuk setiap ekor gajah dewasa atau 5-10% dari berat badannya.

c. Air

Gajah termasuk satwa yang sangat bergantung pada air, sehingga pada sore hari biasanya mencari sumber air untuk minum, mandi dan berkubang. Seekor gajah Sumatera membutuhkan air minum sebanyak 20-50 liter/hari. Ketika sumber-sumber air mengalami kekeringan, gajah dapat melakukan penggalian air sedalam 50-100 cm di dasar-dasar sungai yang kering dengan menggunakan kaki depan dan belalainya.

d. Garam mineral

Gajah juga membutuhkan garam-garam mineral, antara lain : calcium, magnesium, dan kalium. Garam-garam ini diperoleh dengan cara memakan gumpalan tanah yang mengandung garam, menggemburkan tanah tebing yang keras dengan kaki depan dan gadingnya, dan makan pada saat hari hujan atau setelah hujan.

e. Ruang atau wilayah jelajah (home range)

Gajah merupakan mamalia darat paling besar yang hidup pada zaman ini, sehingga membutuhkan wilayah jelajah yang sangat luas.Ukuran wilayah jelajah gajah Asia bervariasi antara 32,4 - 166,9 km2. Wilayah jelajah unit-unit kelompok gajah di hutan-hutan primer mempunyai ukuran dua kali lebih besar dibanding dengan wilayah jelajah di hutan-hutan sekunder.

f. Keamanan dan kenyamanan

Gajah juga membutuhkan suasana yang aman dan nyaman agar perilaku kawin (breeding) tidak terganggu dan proses reproduksinya dapat berjalan dengan baik. Gajah termasuk satwa yang sangat peka terhadap bunyi-bunyian. Oleh karena itu, penebangan hutan yang dilakukan oleh perusahaan HPHA diperkirakan telah mengganggu keamanan dan kenyamanan gajah karena aktivitas pengusahaan dengan intensitas yang tinggi dan penggunaan alat-alat berat di dalamnya.



No comments:

Post a Comment